Melihat senyummu
Heeemmm, akhir-akhir ini bapak agak berubah.. Bukan berubah menjadi yang aku gag suka.. Tapi jadi lucu (walaupun nggak selucu sule), seneng banget bisa ngeliat bapak kayag gitu. Kemaren nganter tengah malem ke rumah Widya, lagi ada masalah keluarga (sampe lapor polisi segala), sebagai yang dituakan Bapak memang selalu dikasi tau dan biasanya jadi penengah. Tapi kemaren Bapak malah ngedukung Adiknya buat lapor polisi, dan ketika suasana agak sepi bapak malah manas-manasin Widya buat bikin perhitungan, katanya “jangan panggil saya om kalo kamu tidak tampar balik cewek itu”.. Aku yang lagi duduk sama Ka Fardiah dan Ridha jadi nyengir terus. Bapak yang biasanya selalu bijaksana kenapa jadi kompor disaat seperti itu? Wehehehe, bagiku jadi lucu banget, ngeliat ekspresi bapak yang sambil ngerokok sambil pegang tasbih dan sambil panas-panasin Widya..
Waktu mau pulang, tawa widya juga ridha pecah. Ternyata bapakku pake helm kebalik, yang seharusnya dibelakang jadi didepan, aku ikut ketawa jungkir balik, terguling-guling. Hehehe, bapakku yang lagi diketawain malah ikut ketawa saat aku kasi tau.
Siangnya aku sama mama lagi cerita-cerita soal dongeng bapak tentang harta karun yang disembunyikan, bapak sebagai pemegang cerita yang asli nggak ketinggalan buat cerita dalam versi asli, dongeng tentang Bapak2 yang menyimpan harta karun diatas rumah, dongeng yang dulu jadi penutup akhir malamku. Aku masih inget banget Bapak adalah pendongeng yang bijak, dongeng yang diceritakannya selalu tentang kehidupan, dongeng sederhana tapi bermakna. Akhir ceritanya siang itu adalah tawa, kami juga ikut tertawa. Aku nggak akan lupa tawa bapak saat itu..
Aku sering diam-diam memperhatikan bapak, wajahnya yang mulai keriput, badannya yang tak seperti dulu, tasbih yang selalu ada di tangannya juga tangan yang selalu diangkat untuk mendoakan keluarganya, wajah yang keras dan tegas, hati yang nggak pernah takut akan dunia, kaki yang hanya dilangkahkan untuk hal yang bermanfaat. Nggak pernah berhenti bersyukur, beliau nggak pernah ada disampingku.
Diusiamu kini, tolong jangan pernah lelah untuk menjagaku, untuk mendukungku, untuk senantiasa mendoakanku. Maafkan anakmu ini belum bisa membahagiakanmu, belum bisa membanggakanmu, belum bisa menjadi yang terbaik. Tapi aku selalu berusaha untuk melihat senyummu…. Sayang Bapak !!!
Waktu mau pulang, tawa widya juga ridha pecah. Ternyata bapakku pake helm kebalik, yang seharusnya dibelakang jadi didepan, aku ikut ketawa jungkir balik, terguling-guling. Hehehe, bapakku yang lagi diketawain malah ikut ketawa saat aku kasi tau.
Siangnya aku sama mama lagi cerita-cerita soal dongeng bapak tentang harta karun yang disembunyikan, bapak sebagai pemegang cerita yang asli nggak ketinggalan buat cerita dalam versi asli, dongeng tentang Bapak2 yang menyimpan harta karun diatas rumah, dongeng yang dulu jadi penutup akhir malamku. Aku masih inget banget Bapak adalah pendongeng yang bijak, dongeng yang diceritakannya selalu tentang kehidupan, dongeng sederhana tapi bermakna. Akhir ceritanya siang itu adalah tawa, kami juga ikut tertawa. Aku nggak akan lupa tawa bapak saat itu..
Aku sering diam-diam memperhatikan bapak, wajahnya yang mulai keriput, badannya yang tak seperti dulu, tasbih yang selalu ada di tangannya juga tangan yang selalu diangkat untuk mendoakan keluarganya, wajah yang keras dan tegas, hati yang nggak pernah takut akan dunia, kaki yang hanya dilangkahkan untuk hal yang bermanfaat. Nggak pernah berhenti bersyukur, beliau nggak pernah ada disampingku.
Diusiamu kini, tolong jangan pernah lelah untuk menjagaku, untuk mendukungku, untuk senantiasa mendoakanku. Maafkan anakmu ini belum bisa membahagiakanmu, belum bisa membanggakanmu, belum bisa menjadi yang terbaik. Tapi aku selalu berusaha untuk melihat senyummu…. Sayang Bapak !!!
Komentar
Posting Komentar